Selasa, 02 Juni 2009

Mengapa saya membuat Film Dokumenter ??..



” Pembuatan Film Dokumenter Sejarah Radio Rimba Raya di Aceh dikerjakan secara independent, ide pembuatan film ini sudah ada sejak tahun 2002 tetapi baru terlaksana awal 2006, dengan melakukan riset dan pencarian data. Shooting perdana dilaksanakan Selasa 21 Agustus 2007, tujuan saya membuat film ini untuk menambah khazanah sejarah dalam bentuk visual kepada semua generasi, Radio Rimba Raya yang sebelumnya adalah Radio Tentara Divisi X yang oleh Kolonel Husin Yusup setelah selesai perang kemerdekaan diganti namanya dari tempat sebelumnya kampung Tanoh ilang (Tanah merah) menjadi kampung Rimba Raya yang mana tempat Radio Divisi X ditempatkan. Kini radio tersebut sudah terlupakan oleh generasi kita. Alat komunikasi Radio Rimba Raya (RRR) merupakan salah satu radio yang memiliki andil besar dan sangat penting dalam perang kemerdekaan hingga tercapainya kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.
Radio Rimba Raya yang berada dalam hutan belantara Aceh tepatnya di Takengon Aceh Tengah, saat perang kemerdekaan memiliki hubungan komunikasi dengan Radio markas tentara Republik di hutan Surakarta yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman dengan Wk ksap II Kolonel TB.Simatupang juga dengan Radio Kolonel A.H.Nasution yang saat itu menjadi Panglima Jawa dan meneruskan pesan-pesan diplomatik Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) PM. Mr. Syafruddin prawiranegara di Sulikin yang mobile di Sumatra Barat kepada Dr. Soedarsono di New Delhi, A.A Maramis dan LN. Palar di PBB.
Radio Rimba Raya setiap harinya menyiarkan informasi tentang keadaan yang sedang terjadi di Indonesia khususnya Yogyakarta dan sekitarnya, dan juga berita-berita perjuangan dengan tujuan membangkitkan semangat untuk terus melawan pendudukan penjajah, kedalam maupun keluar negeri yang di terima langsung oleh All India Radio. Perang urat syaraf lewat udara oleh Radio Rimba Raya terus mengudara melawan Radio Belanda di Medan, Radio Batavia dan Radio Hilversium di Holland yang disiarkan setiap hari untuk membantah berita-berita bohong atau propaganda Belanda yang mengatakan “Indonesia sudah tidak ada lagi” Radio Rimba Raya juga menyiarkan lagu – lagu perjuangan untuk membakar semangat rakyat untuk terus melawan penjajahan Belanda antara lain Hikayat Perang Sabil. Saya berharap dengan dibuatnya Film dokumenter ini paling tidak sudah mengurangi beban sejarah agar regenerasi kita mengenal lebih dekat dengan sejarahnya. Sejarah merupakan ruang pengadilan yang jujur, jika tidak, kita akan diadili oleh sejarah itu sendiri "JANGAN LUPAKAN SEJARAH

Penulis/Sutradara Film Dokumenter Radio Rimba Raya
IKMAL GOPI